TEORI PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON
PSIKOSOSIAL ERIK
ERIKSON
“Man the un-known” (manusia adalah makhluk yang misteri) demikian di ungkapkan oleh
Alexis Carel ketika menggambarkan ketidaktuntasan pencarian hakikat manusia
oleh para ahli. Banyak ikhtiar akademis yang dilakukan oleh para ahli saat
ingin memapar siapa sesungguhnya dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi,
sosiologi, antropologi juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu
yang membahas tentang manusia dengan perspektif masing-masing.
Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan
ikhtiar itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut
perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran
psikoanalisa dan pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari
Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti
Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Termasuk disini adalah bahwa Erikson
memasukkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia,
tidak hanya sekedar faktor libidinal sexual.
A. Tentang Erik
Erikson (1902-1994)
Erik Erikson lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni
1902 adalah ahli analisa jiwa dari Amerika, yang membuat kontribusi-kontribusi
utama dalam pekerjaannya di bidang psikologi pada pengembangan anak dan pada
krisis identitas. Ayahnya (Danish) telah meninggal dunia sebelum ia lahir.
Hingga akhirnya saat remaja, ibunya (yang seorang Yahudi) menikah lagi dengan
psikiater yang bernama Dr. Theodor Homberger.
Erikson kecil bukanlah siswa pandai, karena ia adalah seorang
yang tidak menyenangii atmosfer sekolah yang formal. Ia oleh orang tua dan
teman-temannya dikenal sebagai seorang pengembara hingga ia pun tidak sempat
menyelesaikan program diploma. Tetapi perjalanan Erikson ke beberapa negara dan
perjumpaannya dengan beberapa penggiat ilmu menjadikannya seorang ilmuwan
sekaligus seniman yang diperhitungkan. Pertama ia berjumpa dengan ahli analisa
jiwa dari Austria yaitu Anna Freud. Dengan dorongannya, ia mulai mempelajari
ilmu tersebut di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan
diri dalam psikoanalisa anak. Terakhir pada tahun 1960 ia dianugerahi
gelar profesor dari Universitas Harvard.
Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan
panjangnya di Eropa Pada tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan kemudian
ditawari untuk mengajar di Harvad Medical School. Selain itu ia memiliki pratek
mandiri tentang psiko analisis anak. Terakhir, ia menjadi pengajar pada
Universitas California di Berkeley, Yale, San Francisco Psychoanalytic
Institute, Austen Riggs Center, dan Center for Advanced Studies of Behavioral
Sciences.
Selama periode ini Erikson menjadi tertarik
akan pengaruh masyarakat dan kultur terhadap perkembangan anak. Ia belajar dari
kelompok anak-anak Amerika asli untuk membantu merumuskan teori-teorinya.
Berdasarkan studinya ini, membuka peluang baginya untuk menghubungkan
pertumbuhan kepribadian yang berkenaan dengan orangtua dan nilai
kemasyarakatan.
Keinginannya untuk meneliti perkembangan
hidup manusia berdasarkan pada pengalamannya ketika di sekolah. Saat itu
anak-anak lain menyebutnya Nordic karena ia tinggi, pirang,
dan bermata biru. Di sekolah grammar ia ditolak karena berlatar belakang
Yahudi.
Buku pertamanya adalah Childhood
dan Society (1950), yang menjadi salah satu buku klasik di dalam
bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan anak-anak muda, Erikson
mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas sebagai suatu konflik yang
tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku-buku karyanya antara lain yaitu: Young Man Luther (1958), Insight
and Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi's
Truth(1969): yang menang pada Pulitzer Prize and a National Book Award
dan Vital Involvement in Old Age (1986).
B. Tahap
Perkembangan Hidup Manusia
Apakah perkembangan
psikososial itu?
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan
teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah
salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud,
Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah
satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang
kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego
selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan
memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif,
inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan
psikososial.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep
polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan
yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah
gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada
tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan
kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik,
orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik,
orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya
setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam
perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada
perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas
itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan
potensi kegagalan.
Tahap
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
· Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
· Tingkat pertama teori perkembangan
psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan
merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
· Oleh karena bayi sangat bergantung,
perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari
pengasuh kepada anak.
· Jika anak berhasil membangun kepercayaan,
dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten,
tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak
percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan
akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan
tidak dapat di tebak.
Tahap
2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
· Terjadi
pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
· Tingkat ke dua dari teori perkembangan
psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada
perkembangan besar dari pengendalian diri.
· Seperti Freud, Erikson percaya bahwa
latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini.
Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar
untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan
mengendalikan dan kemandirian.
· Kejadian-kejadian penting lain meliputi
pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang
disukai, dan juga pemilihan pakaian.
· Anak yang berhasil melewati tingkat ini
akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa
tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative)
vs rasa bersalah (Guilt)
· Terjadi
pada usia 3 s/d 5 tahun.
· Selama
masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia
melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka
lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut
perilaku aktif dan bertujuan.
· Anak
yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang
lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
· Mereka
yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan
ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang
tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan
dibuat merasa sangat cemas.
· Erikson
yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa
berhasil.
Tahap
4. Industry vs inferiority (tekun
vs rasa rendah diri)
· Terjadi
pada usia 6 s/d pubertas.
· Melalui
interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap
keberhasilan dan kemampuan mereka.
· Anak
yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten
dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
· Anak
yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru,
atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
· Prakarsa yang
dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat
dengan pengalaman-pengalaman baru.
· Ketika
beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak,
mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual.
· Permasalahan
yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa
rendah diri,perasaan tidak
berkompeten dan tidak produktif.
· Erikson
yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan
anak-anak.
Tahap
5. Identity vs identify confusion (identitas
vs kebingungan identitas)
· Terjadi
pada masa remaja, yakni
usia 10 s/d 20
tahun
· Selama
remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
· Anak dihadapkan
dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka
menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
· Anak
dihadapkan memiliki banyak
peran baru dan status sebagai orang
dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya,
orangtua harus
mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu
peran khusus.
· Jika
remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif
untuk diikuti dalam
kehidupan, identitas positif akan dicapai.
· Jika
suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua,
jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan
positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
· Namun
bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan
diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
· Bagi
mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul
rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
Tahap
6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
· Terjadi
selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
· Erikson
percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat
dan siap berkomitmen dengan orang lain.
· Mereka
yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
· Erikson
percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan
yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit
kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu
hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.
· Jika
mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam
interaksi dengan orang.
Tahap
7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
· Terjadi
selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).
· Selama
masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan
keluarga.
· Mereka
yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi
terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
· Mereka
yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di
dunia ini.
Tahap
8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
· Terjadi
selama masa akhir dewasa (60an tahun)
· Selama
fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
· Mereka
yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan
mengalami banyak penyesalan.
· Individu
akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
· Mereka
yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan
dan kegagalan yang pernah dialami.
· Individu
ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
0 komentar:
Posting Komentar