Sabtu, 22 Desember 2012

TENTANG TASAWUF


PENGERTIAN DAN ASAL - USUL TASAWUF

Menurut bahasa, istilah tasawuf berasal dari kata shaf, shuf, dan shuffah. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan - Nya dalam barisan ( shaffan ) yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.”

Jika dilihat dari asal kata shaf, maka tasawuf berarti menyusun barisan di jalan Allah. Shuf adalah bulu domba yang sering digunakan oleh pemimpin Yahudi dan Kristen sebagai simbol kesederhanaan. Jika ditinjau dari asal kata shuf, maka tasawuf berarti hal yang identik dengan kesederhanaan.

Shuffah adalah tempat duduk kecil yang terbuat dari kayu atau batu yang digunakan oleh para sahabat Nabi saw sehingga mereka disebut Ahlus - shuffah. Tasawuf diyakini berasal dari kebiasaan para sahabat Nabi saw tersebut. Kesimpulannya, tasawuf adalah barisan - barisan yang senantiasa berada di jalan Allah dan hidup sederhana dengan mencontoh teladan para sahabat Nabi saw.

Ada beberapa ulama yang telah mendefinisikan istilah tasawuf, antara lain : Abu Muhammad al-Jariri, al-Kattani, al-Ruwaim, Dzun-Nun al-Mishri, dan al-Junaid. Abu Muhammad al-Jariri berkata, “Tasawuf adalah memasuki akhlak yang baik dan keluar dari akhlak yang buruk.” Al-Kattani berkata, ”Tasawuf adalah akhlak. Barangsiapa bertambah baik akhlaknya, bertambah baik pula tasawufnya.” Al-Ruwaim berkata, “Tasawuf adalah membiarkan diri bersama Allah menurut apa yang dikehendaki-Nya.” Sedangkan Dzun-Nun al-Mishri berkata, “Sufi adalah orang yang tidak berpayah-payah meminta dan tidak kecewa oleh penolakan.” Jadi, Tasawuf bisa didefinisikan sebagai pendidikan tentang bagaimana seorang hamba harus berakhlak mulia serta menyerahkan urusannya kepada Allah.

Ada lagi pendapat lain yang mengatakan tentang awal kemunculan kata tasawuf. Ibnu Taimiyah dan sebelum itu Ibnu Al Jauzi dan Ibu Khaldun menyebutkan bahwa kata sufi tidak dikenal di tiga abad hijriyah, namun pembicaran tentang tasawuf dikenal setelah itu. As Siraj Ath Thusi berkata di bab khusus yang ia buat untuk mengkounter pendapat yang menyatakan, ”Kami tidak mendengar penyebutan orang-orang sufi pada zaman dulu dan kata tersebut adalah kata baru ”Kata As Siraj”, Jika penanya bertanya dengan berkata bahwa kami tidak mendengar penyebutan orang-orang sufi dikalangan sahabat-sahabat Nabi SAW atau generasi sesudah mereka, kami hanya mengenal istilah orang-orang ahli ibadah, orang-orang zuhud, para pengembara, para orang miskin, Selain itu, tidak pernah dikatakan kepada seorang sahabat bahwa ia orang sufi.

Hal yang sama dikatakan As-Sahruradi .”kata tasawuf tidak dikenal pada zaman Rasullullah, ada lagi yang mengatakan bahwa kata tasawuf ( sufi ) tidak dikenal hingga tahun 200 Hijriyah. Abdurrahman Al Jami menegaskan, ”Abu Hasyim Al Kufi adalah orang yang pertama kali dipanggil dengan nama sufi dan sebelumnya tidak ada seorang pun yang diberi nama dengan nama tersebut, Khaniqah yang pertama kali ialah khaniqah di Ramlah, Syam.

Adapun Al Hajuwiri, ia menyebutkan kata tasawuf sudah ada pada zaman Rasullullah dan denga kata yang sama Al Hajuwiri berhujjah dengan hadits palsu Yang diatasnamakan kepada Rasullullah, katanya Beliau bersabda, ”Barangsiapa mendengar suara orang-orang sufi, namun tidak mengamankan doa mereka, ia ditulis disisi Allah sebagai orang yang lalai.
Padahal Al Hajuwiri sendiri menulis di akhir bab yang sama ketika menjelaskan perkataan Abui Al Hasan Al Busynaji. ”Tasawuf pada hari ini adalah nama tanpa hakekat dan sebelum itu adalah hakekat tanpa nama, Maksudnya, nama tasawuf tidak ada pada zaman sahabat dan generasi salaf sedang maknanya ada pada setiap orang dari mereka, sedang sekarang namanya ada, namun maknanya tidak ada.

Adapun para orientalis yang menulis tasawuf seperti Nichelson, ia berpendapat bahwa kata tasawuf pertama kali diberikan kepada Abu Hasyim Al Kufi ( meninggal pada tahun 150 H ).
Adapun bentuk jamak kata sufi , yaitu shufiyah ( orang - orang sufi)  yang muncul pada tahun 189 H ( 814 M ) di Iskandariyah, maka itu menunjukkan dekatnya periode ketika itu dengan salah satu aliran tasawuf islam, yang nyaris merupakan aliran Syiah dan muncul di Kufah. Abdak adalah imam terakhir tasawuf dan termasuk orang yang berpendapat imamah ( kepemimpinan ) itu bisa dimiliki dengan pewarisan dan penunjukan . Abdak tidak makan daging dan meninggal dunia di Baghdad kira-kira pada tahun 210 H, jadi penggunaan kat sufi terbatas di Kufah.

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
Amir Syukur dalam karyanya “menggugat tasawuf” membagi periodisasi sejarah perkembangan tasawuf menjadi lima masa,yaitu masa pembentukan,masa pengembangan,masa konsolidasi,masa falsafi,dan masa pemurnian.
1. Masa pembentukan
Dalam abad ke-1 Hijriah bagian kedua,lahirlah Hasan Bashri (wafat 110 H) dengan ajaran khaufnya,mempertebal takut kepada Tuhan,begitu juga tampil kemuka guru-guru yang lain yang dinamakan qari’,mengadakan gerakan memperbaruhi gerakan hidup kerohanian di kalangan kaum muslimin.Sebenarnya bibit tasawuf sudah ada sejak itu,garis-garis besar mengenai thariq atau jalan beribadah sudah mulai disusun,dalam ajaran-ajaran yang dikemukakan disana-sini sudah mulai dianjurkan mengurangi makan (ju’),menjauhkan diri dari keramaian duniawi (zuhud),mencela dunia (dzimmu ad-dunya),seperti harta,keluarga,kedudukan.
Kemudian pada akhir abad ke-1 H,Hasan Bashri diikuti Rabi’ah al-adawiyah (wafat 185 H) yang terkenal dengan cintannya.selanjutnya pada abad ke-2 H,tasawuf tidak banyak berbeda dengan abad sebelumnya,yakni sama dengan corak ke-zuhudan-nya,meskipun penyebabnya berbeda.
2. Masa pengembangan
Tasawuf pada abad ke-3 H dan ke-4 H sudah mempunyai corak yang berbeda sekali dengan tasawuf sebelumnya.Pada abad ini tasawuf sudah ke-fana’an yang menjurus ke persatuan (hamba dengan kholiq).orang sudah ramai membicarakan tentang : a) lenyap dan kecintaan (fana’ fi al- mahbub),b) bersatu dengan kecintaan (ittihat bi al-mahbub),c) kekal dengan Tuhan, melihat Tuhan (musyahadah),d)bertemu dengan-Nya (liqo’),dan e) menjadi satu dengan-Nya (‘ainu al-jama’) seperti yang diungkapkan Abu Yazid Al-Bushtami (261 H),dengan teriakan:’ Ana al-haq (sayalah yang hak itu),atau hulul (kemasukan Tuhan) sebagai di kemukakan oleh al-hallaj.
3. Masa konsolidasi
Masa konsolidasi terjadi pada abad ke-5.pada masa ini ditandai adanya kompetisi dan petarungan antara “tasawuf semi falsafi” dan “tasawuf sunni”.pertarungan dimenangkan tasawuf sunni.dan berkembang dengan pesat,sedangkan tasawuf semi falsafi tenggelam dan hilang serta muncul kembali pada abad ke-6 H dalam bentuk yang berbeda.kemenangan tasawuf sunni dalam catatan sejarah,karena aliran teologi ahli sunah waljamaah yang dipelopori oleh Abu Hasan al asy’ary (wafat 324 H) yang mengkritik teori Abu Yazid al-Bushtami dan al-hallaj,sebagaimana tertuang dalam syathahiyat yang tampaknya bertentangan dengankaidah dan akidah dalam islam.Oleh karena itu,tasawuf pada masa ini cenderung mengandakan pembaharuan atau menurut istilah annemarie schimmel dengan periode konsolidasi,yaitu periode yang ditandai pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasa,alqur’an dan hadis.
4. Masa Falsafi
Tasawuf filosofis muncul dengan jelas dalam khazanah islam sejak abad ke-6 H,meskipun tokohnya baru dikenal seabad kemudian.Ciri tasawuf pada abad ke-6 H adalah tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat,kompromi ,dan pemakaian term-term filsafat yang maknanya disesuaikan dengan tasawuf.Oleh karena itu,tasawuf yang berbau filsafat ini tidak sepenuhnya bisa dikatakan tasawuf adan juga tidak bisa dikatakan sebagai filsafat,dan di istilahkan dengan tasawuf tasawuf falsafi kar ena,satu pihak memakai term-term filsafat,namun dilain pihak memakai metode pendekatan terhadap Tuhan memakai dzauq/instuisi/wujdan(rasa).pemaduan antara tasawuf dan filsafat dengan sendirinya telah membuat ajaran-ajaran tasawuf filosofis bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat diluar islam seperti Yunani,Persia,India,dan agama nasrani,orisinalnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang.
5. Masa Pemurnian
Pada masa ini juga terlihat adanya tanda-tanda keruntuhan dan penyelewengan serta skandal melanda,akibatnya ancaman kehancuran reputasi tasawuf tidak dapat dielakkan lagi,dengan adanya legenda keajaiban dikaitkan dengan tokoh-tokoh sufi.Dengan mudah dapat dikatan bahwa tasawuf masa kini ditandai dengan bid’ah,khurafat,mengabaikan syariat dan hukum moral dan penghinaan terhadap ilmu pengetahuan,berbentengan diri dari dukungan awam untuk menghindari dari rasionalitas,dengan menampilkan amalan yang irrasional,azimat,dan ramalan serta kekuatan goib ditonjolkan.dengan kondisi demikian muncul Ibnu Taimiyah yang dengan tegas menyerang penyelewengan kaum sufi tersebut.kepercayaan yang menyeleweng diluruskan,seperti kepercayan kepada wali,khurafat dan bentuk-bentuk bid’ah pada umumnya.Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa wali (kekasih Allah) adalah orang yang berperilaku baik (sholih),dan konsisten dengan syariat islamiyah.

0 komentar:

Posting Komentar